JAKARTA, KOMPAS.com – Direktur Eksekutif Perludem Titi Anggraini mengkritik pola partai dalam merekrut seorang calon presiden bukan berasal dari suara anggotanya dari bawah.
Titi menilai, yang dipertontonkan parpol dalam hal rekrutmen seorang calon presiden hanya diambil dari keputusan dari segelintir elit di parpol saja.
“Jadi komunikasi politik pencalonan presiden yang sekarang berlangsung semakin mengokohkan rekrutmen di parpol kita sangat elitis, dan hanya menyangkut orang tertentu, diputuskan sekelompok orang,” kata Titi.
Hal itu disampaikan Titi dalam diskusi ‘Pencalonan Pilpres 2019: Menantang Gagasan Antikorupsi dan Demokrasi’ di kantor ICW, Jakarta Selatan, Selasa (6/3/2018).
Seharusnya, lanjut Titi, sitem parpol merekrut seorang calon presiden dilakukan secara demokratis dengan mendengar pemangku kepentingan partai, yang notabene adalah suara anggotanya.
“Tetapi kan kita tidak melihat ada mekanisme untuk mendengar di parpol selain suara elite,” ujar Titi tanpa menyebut parpol yang dia maksud.
Titi menilai idealnya rekrutmen parpol untuk seorang calon presiden harus dilakukan berjenjang. Minimal pengurus partai dilibatkan.
Pola rekrutmen yang hanya dikuasai elit partai menurut dia berdampak pada kerapuhan koalisi partai yang dibentuk nantinya.
“Karena koalisi dibangun atas dasar kompromi politik dari elit-elit saja,” ujar Titi.
Karenanya dia menilai mekanisme di internal parpol saat ini harus dikoreksi.
Diakuinya rekrutment capres tidak seperti rekrutment caleg. Tetapi, bukan berarti aspek demokratisnya diabaikan.