• Post author:
  • Post category:Berita
  • Reading time:2 mins read

Sumedang Media, Jakarta – Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi ( Perludem) Titi Anggraini menganggap fenomena kemenangan kotak kosong  dalam pilkada serentak kemarin justru merugikan partai politik.

Sebab Titi memandang, Pilkada di 171 daerah pemilihan kemarin merupakan modal bagus jelang penyelenggaraan pemilu 2019.

“Ditengah misal, pilkada 2018 sebagai pemanasan untuk pemilu 2019, fenomena calon tunggal ini mengikis eksistensi parpol. Disaat parpol harus menunjukkan eksistensinya sebagai persiapan menuju 2019, anomalinya justru partai ramai-ramai mendukung calon tunggal,” ucapnya kepada Sumedang Media, Kamis (28/6/2018).

Titi menganggap, calon tunggal dalam sebuah daerah pemilihan tak lebih dari pragmatisme partai politik.”Sehingga ditengah anomali itu, calon tunggal lebih bisa direfleksikan pragmatisme parpol ketimbang sebagai sebuah proses yang alamiah seperti dalam praktek elektoral di konteks global,” keluhnya.

Titi menngungkapkan, calon tunggal yang tidak terjadi secara alamiah, namun merupakan refleksi dari pragmatisme politik karena misalnya partai, atau calon menghindari kompetisi yang memperebutkan suara rakyat dan lebih memilih jalan pintas mengamankan hulu sehingga ia tidak perlu bekerja berkompetisi dengan merebut suara rakyat, ini menjadi ancaman bagi demokrasi.

“Dari berdasarkan wawancara kami dengan elit partai di daerah bercalon tunggal, mengapa mereka tidak mengusung calonnya sendiri meskipun mereka mampu? karena mereka menganggap mengusung calon sendiri melawan petahana yang punya elektabilitas tinggi hanya sekedar mengakibatkan kerugian,” bebernya.

Sebab sambungnya, mereka harus keluar biaya, lalu kemudian belum tentu juga calonnya menang.”Sementara 2019 ialah pemilu, jadi lebih baik dananya disimpan untuk persiapan 2019. Inikan memperlihatkan pragmatisme politik,” tandasnya.

Berdasarkan data KPU, setidaknya terdapat 11 kabupaten/kota lain yang juga memiliki satu pasangan atau calon tunggal. Ke-11 daerah itu: Kota Prabumulih (Sumatera Selatan), Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang (Banten), Kabupaten Pasuruan (Jawa Timur), Kabupaten Enrekang (Sulawesi Selatan), Kabupaten Minahasa Tenggara (Sulawesi Utara), Kabupaten Tapin (Kalimantan Selatan), Kabupaten Mamasa (Sulawesi Barat), Kabupaten Jayawijaya (Papua), dan Kabupaten Padang Lawas Utara (Sumatera Utara). Kandidat di daerah-daerah ini ialah petahana, berbeda dengan Kota Makassar.

Sumber: https://warta.sumedang.info/nasional/94947-kemenangan-kotak-kosong-mengikis-eksistensi-parpol/