• Post author:
  • Post category:Berita
  • Reading time:2 mins read

JAKARTA – Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi Anggraini angkat bicara ihwal fenomena kotak kosong di Pilwalkot Makassar 2018. Menurutnya, itu merupakan sebuah perlawanan yang ditunjukkan oleh masyarakat di sana dalam menumbangkan sebuah oligarki partai politik yang memaksakan calon tunggal dalam pesta demokrasi tersebut.

Titi berharap, peristiwa itu menjadi tamparan berharga kepada seluruh partai politik. Karena dalam pemilihan langsung kepala daerah tak bisa memaksakan kehendak untuk menjadikan salah satu pasangan calon di Pilkada tanpa ada lawannya. Ke depannya, ia tak ingin melihat ada muncul kembali akal bulus dari elite parpol untuk menjegal salah satu pasangan calon dalam berkompetisi di Pilkada.

“Ini jadi pembelajaran dan evaluasi bagi parpol agar tidak menyepelekan aspirasi dan kehendak politik rakyat,” tegas Titi saat dihubungi, Sabtu (30/6/2018).

Menurut Titi, ini jadi salah satu titik balik bagi kontestasi dan rekrutmen politik oleh parpol agar lebih demokratis dan mendengarkan aspirasi juga suara arus bawah. Partai tidak bisa memaksa atau memonopoli suara pemilih melalui calon tunggal. Pemilih punya nalar dan keyakinan politiknya sendiri.

“Kotak kosong menang di Pilwakot Makassar maka terjadi untuk pertama kali dalam sejarah Pilkada di Indonesia. Calon tunggal dikalahkan kotak (kolom) kosong,” tegasnya.

Kemenangan kotak kosong di Pilwalkot Makassar semakin mendekati kenyataan. Data real count KPU yang mencapai 80,41 persen menunjukan pasangan tunggal Munafri Arifuddin-Andi Rachmatika Dewi (Appi-Cicu) kalah dari kotak kosong.

Berdasarkan perhitungan surat suara dari hitungan cepat di layar KPU. Pasangan tunggal meraih 47,50 persen suara, tertinggal dari kotak kosong yang meraih 52.50 persen suara. Namun, pasangan Appi-Cicu mengklaim kemenangan berdasarkan perhitungan data sementara versi tim sukses mereka.

Sumber: https://news.okezone.com/read/2018/06/30/337/1915974/kotak-kosong-tumbangkan-calon-tunggal-perludem-pemilih-mampu-melawan-oligarki-parpol