• Post author:
  • Post category:Berita
  • Reading time:2 mins read

Jakarta – Direktur Eksekutif Perludem Titi Anggraini mengatakan orisinalitas dan spontanitas para pasangan capres-cawapres terancam hilang dari debat capres-cawapres ketika kisi-kisi pertanyaan dari panelis diberikan seminggu sebelum pelaksanaan debat. Padahal, kata Titi, orisinalitas, spontanitas penguasaan materi, serta nalar, logika, argumen dan ekspresi otentik para paslon adalah sesuatu yang amat dinantikan pemilih.

“Sangat wajar, ketika metode debat terbuka paslon pilpres menyepakati bahwa pertanyaan panelis diberikan kepada paslon seminggu sebelum hari H ini menimbulkan kontroversi dan kritik. Sebab apa yang diharapkan dari orisinalitas dan autentikasi respon penguasaan materi oleh para paslon terancam tak tercapai,” ujar Titi di Jakarta, Senin (7/1).

Pemilih sebagai pemirsa debat, kata Titi, tentunya ingin melihat respon alami calon dalam menghadapi peristiwa tidak terduga. Titi pun mempertanyakan apakah debat masih mampu bersikap substantif, sistematis, dan tepat sasaran ketika kisi-kisi pertanyaan diberikan seminggu sebelumnya.

“Konsep, komitmen, dan keberpihakan atas suatu isu diuji dalam debat yang spontan. Pemimpin itu kan harus bisa bekerja di bawah tekanan. Makanya, manfaat dari pertanyaan dadakan yang disampaikan di tempat acara juga bisa melihat daya tahan dan adaptasi calon untuk bekerja di bawah tekanan ataupun situasi dan kondisi yang tak terduga,” ungkap dia.

Padahal, menurut dia, tema debat itu sendiri sudah merupakan kisi-kisi soal debat sehingga sebenarnya tidak perlu lagi memberikan kisi-kisi pertanyaan kepada paslon. KPU, kata dia, memang sangat wajar dalam mempertimbangkan masukan paslon soal mekanimse dan metode debat, namun mestinya KPU juga punya konsep kuat yang menjadi tawarannya.

“KPU itu lembaga mandiri dalam mengatur teknis pemilu. Tidak semua hal harus bersepakat dengan paslon apabila KPU memandang konsep yang dibawanya lebih sesuai dengan tujuan penyelenggaraan pemilu. Justru di situlah kemandirian KPU diuji sebagai regulator teknis pemilu,” pungkas dia.

Sumber: https://www.beritasatu.com/politik/531265-perludem-soal-debat-terbuka-pemimpin-harus-bisa-bekerja-di-bawah-tekanan.html