JAKARTA, KOMPAS —Di tengah maraknya penyebaran berita yang tidak benar, peran media arus utama kian relevan dalam menyuarakan kebenaran dan kepentingan publik, serta menjaga kualitas demokrasi. Perkembangan era digital membawa tantangan dan peluang bagi jurnalis untuk tetap membumikan isu-isu politik dan mengangkat suara publik dalam peliputan isu kepemiluan.
Demikian benang merah dari Konferensi Regional Jurnalis Se-Asia Tenggara bertajuk ”Peran Jurnalisme dalam Mendukung Pemilu Demokratis di Asia Tenggara” yang digelar United States Agency for International Development (USAID), Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi, dan Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara, di Jakarta, Selasa (26/11/2019).
Hadir sebagai panelis pakar media dan politik Asia Tenggara dari Hong Kong Baptist University, Cherian George; jurnalis senior dari Khaosod English Thailand, Pravit Rojanaphruk; serta Pemimpin Redaksi Harian Kompas Ninuk Mardiana Pambudy.
Tren peliputan isu kepemiluan di Asia Tenggara menghadapi persoalan serupa meskipun tiap negara mempunyai isu dan intensitas masalah berbeda. Menurut George, di sejumlah negara, peliputan isu kepemiluan terjebak isu-isu tak substantif dan elite-sentris di tengah elektoral sengit.
Media cenderung terbawa diskursus isu politisi dan kandidat pasangan calon. Padahal, media dapat berperan membumikan wacana yang mengangkat isu-isu substantif dan menjadi kebutuhan publik. Isu-isu seperti ini kerap tenggelam atau sengaja dikesampingkan oleh para elite.
Mengangkat isu substansi dan yang diperlukan publik penting karena esensi demokrasi bukan semata prosedural, berupa pemilu lima tahun sekali, melainkan demokrasi deliberatif yang secara kontinu membuka ruang partisipasi dan konsultasi masyarakat dalam diskursus kebijakan publik.
”Kandidat sering menghindari kompleksitas dan kontroversi, tak mau membicarakan isu yang tak ada jawaban mudah. Di sini peran media bisa membantu mengoreksi dengan mengembalikan fokus diskursus pada relnya, bukan terjebak pada apa yang ingin dikatakan politisi, melainkan fokus pada apa yang ingin diketahui rakyat saat pemilu,” kata George.
Senada, Ninuk mengatakan, di tengah kekacauan informasi, media perlu memiliki perencanaan isu sendiri yang berorientasi pada kepentingan publik dan kebenaran, bukan berdasarkan isu yang digiring elite. ”Mempunyai agenda setting sendiri itu sangat penting. Media harus kembali pada prinsip dasar jurnalisme, yaitu mendengarkan dan memberi ruang publik, menyuarakan kepentingannya,” kata Ninuk.
Berdasarkan survei Edelman Trusts Barometer pada 2019, tingkat kepercayaan publik media massa tradisional meningkat, dari sebelumnya 63 persen pada 2018 menjadi 65 persen pada 2019. Namun, media massa tetap menjadi institusi yang paling tidak dipercaya di antara institusi lainnya, seperti pemerintah, institusi politik, dan masyarakat sipil.
Penghargaan ”Kompas”
Terkait liputan Pemilu se-Asia Tenggara dalam Excellence in Election Reporting in Southeast Asia (ExcEl Awards 2019), Harian Kompas mendapat penghargaan untuk kategori Liputan Mendalam Terbaik. Penghargaan itu diperoleh lewat berita mendalam berjudul ”Abai dari Realitas Politik 2014” yang ditulis wartawan Harian Kompas, Agnes Theodora dan Antonius Ponco Anggoro, dan dimuat pada 18 Juli 2017. (AGE)
Sumber: https://kompas.id/baca/utama/2019/11/27/peran-media-semakin-relevan-suarakan-kebenaran/