
Meskipun begitu, lanjut dia, kedekatan yang dibangun bukan merupakan kedekatan yang dibentuk melalui sisi gaya busana yang menyesuaikan dengan selera anak muda, seperti memakai sepatu kets, melainkan kedekatan dengan berupaya memahami hal-hal yang dibutuhkan dan diinginkan oleh anak-anak muda terkait dengan sosok pemimpin selanjutnya.
Sejauh ini, Ninis menilai kedekatan parpol dengan masyarakat, terutama mereka yang tergolong pemilih muda dari usia 17 sampai 40 tahun, hanya mencapai 6 sampai 8 persen sehingga banyak pemilih muda yang tidak mengenal partai politik secara baik dan kesulitan menjatuhkan pilihan terbaik terhadap partai politik peserta pemilu.
“Hubungan kita sama partai itu kecil sekali, mungkin 6 sampai 8 persen. Jadi, kita tidak dekat dengan partai. Lalu, bagaimana kita bisa kenal? Bagaimana kita bisa memilih?” ujar Ninis.
Oleh karena itu, menurut dia, di tengah momentum Pemilu 2024 yang diprediksi akan didominasi oleh pemilih muda, para peserta pemilu, termasuk partai politik dapat menyusun strategi untuk mendulang suara dengan memahami kategori calon-calon pemimpin yang diinginkan oleh anak muda, sebagaimana dipublikasikan oleh beberapa survei nasional.
“Contohnya, beberapa waktu yang lalu, Kompas mengeluarkan survei tentang aspirasi teman-teman muda kalau mereka mencari pemimpin yang seperti apa dan jawaban-jawabannya cukup kritis. Teman-teman muda ini mencari pemimpin yang tegas, berwibawa, punya visi dan misi, pengalaman, prestasi, dan kepribadian yang merakyat. Itu menjadi perhatian mereka dalam memilih pemimpin di Pemilu 2024,” jelas Ninis.
Artikel ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul “Perludem imbau parpol mendekatkan diri pada pemilih muda”, https://www.antaranews.com/berita/3054817/perludem-imbau-parpol-mendekatkan-diri-pada-pemilih-muda