• Post author:
  • Post published:February 8, 2023
  • Post category:Siaran Pers
  • Reading time:3 mins read

Siaran Pers
Jelang Sidang Dugaan Kecurangan Pemilu:
DKPP  Harus Tindak Tegas Penyelenggara Pemilu Bermasalah!

 

Dugaan  kecurangan  pada tahapan verifikasi  partai  politik   yang  disinyalir  dilakukan  oleh  struktural Komisi  Pemilihan Umum,  baik  daerah maupun pusat, memasuki babak baru. Pada hari ini, Rabu 8 Februari  2023 pukul  10.00   WIB,  Dewan   Kehormatan   Penyelenggara Pemilihan Umum  (DKPP) menggelar  persidangan  dugaan  pelanggaran  kode   etik sepuluh  orang penyelenggara  pemilu, diantaranya, lima orang dari KPU Provinsi Sulawesi Utara, empat orang dari KPU Kabupaten Sangihe, dan satu orang dari KPU RI.

Adapun secara umum, dugaan pelanggaran etik ini menyangkut dua tindakan lancung, yakni, mengubah status calon peserta pemilu, dari Tidak Memenuhi Syarat menjadi Memenuhi Syarat. Hal itu dilakukan dengan cara mengubah data berita acara dalam SIPOL  pada kurun waktu 7 November 2022 sampai dengan  10 Desember  2022 oleh  KPU Daerah.  Sedangkan  yang  dilakukan  oleh  KPU RI, tepatnya Idham   Holik, menyampaikan  ancaman  secara  terbuka   kepada  peserta   konsolidasi   nasional  KPU se-Indonesia  dengan mengatakan  “bagi  yang melanggar  perintah  KPU RI akan  dimasukan  ke rumah sakit.”

Sebagaimana diketahui,  Koalisi   Masyarakat  Sipil  Kawal  Pemilu  Bersih,  sejak  beberapa bulan lalu mendapatkan  banyak  informasi  dan  bukti  terkait   dugaan kecurangan  pemilu.  Informasi  yang  kami dapatkan, kecurangan ini diduga dilakukan secara  terstruktur,   sistematis, dan masif melalui instruksi berjenjang, dari Komisioner  KPU RI kepada Komisioner  KPU Provinsi  yang kemudian ditindaklanjuti oleh KPU Kabupaten/Kota.  Setelah kami cermati lebih lanjut, instruksi itu, selain substansinya melanggar hukum dan etika,  juga bernuansa intimidasi.  Bahkan terdapat  pula iming-iming  akan dipilih kembali  sebagai anggota  KPU Daerah  jika mengikuti instruksi  tersebut.  Salah satu bentuk intimidasi, selain secara verbal yang dilakukan oleh Idham, juga menyangkut perpindahan divisi bagi yang menolak menjalankan perintah.

Selama  ini,  di  luar  pelaporan  ke DKPP, Koalisi  Masyarakat  Sipil  Kawal  Pemilu Bersih  juga telah melakukan  serangkaian tindakan  advokasi,  mulai dari  membuka  Pos  Pengaduan Kecurangan Pemilu, melayangkan  somasi  kepada  KPU RI, dan mengadakan audiensi dengan Komisi  II DPR RI. Rentetan kegiatan  itu  semata-mata  untuk  menjamin  penyelenggaraan  pemilu  pada Februari  2024  mendatang tidak  diwarnai  dengan  praktik   kecurangan  dan  sebagai upaya untuk  membongkar  skandal  lancung tersebut.  Dalam  masa waktu  advokasi, kami mendapatkan bukti-bukti  konkret  yang dapat membuka kotak pandora kejahatan pemilu ini.

Sebenarnya  bukan  hal sulit  bagi penyelenggara  pemilu  seperti  DKPP untuk mengusut tuntas dugaan pelanggaran   etik ini.  Betapa  tidak,   sebagian  besar  bukti  yang  mengarah  pada  kecurangan  sudah tersebar  di  tengah masyarakat  melalui pemberitaan  media belakangan waktu  terakhir.  Mestinya  hal tersebut  dijadikan  petunjuk  bagi DKPP untuk  lebih  mendalaminya saat proses  persidangan berlangsung. Apalagi bukti-bukti  itu sudah bermunculan dengan berbagai bentuk, mulai dari rekaman suara  yang  diduga Ketua  KPU RI, dokumen,  hingga testimoni   langsung dari  KPU daerah  melalui rekaman video.

Penting  untuk  diketahui,  desakan  agar  DKPP mengambil tindakan  di  tengah kecurangan  pemilu  ini bukan hanya digaungkan oleh  Koalisi,  melainkan dari masyarakat juga. Hingga hari ini petisi daring yang tercantum  dalam laman change.org  dengan judul “DKPP Usut Tuntas Dugaan Kecurangan Proses Verifikasi  Faktual  yang Dilakukan  KPU RI!” sudah ditandatangani  9 ribu orang lebih. Dorongan  masif dari   masyarakat   ini   mesti   dijawab  oleh   DKPP dengan   menjalankan   persidangan   yang   objektif, profesional,  dan independen.  Sebab, jika tidak,  prinsip integritas  dalam penyelenggaraan pemilu yang dilakukan oleh penyelenggara pemilu akan tercoreng.

Atas dasar itu, Koalisi Masyarakat Sipil Kawal Pemilu Bersih mendesak agar DKPP  menjatuhkan sanksi berat berupa Pemberhentian Tetap bagi para Terlapor.

 

 

Jakarta, 8 Februari 2023
Koalisi Masyarakat Sipil Kawal Pemilu Bersih

ICW, Perludem, CALS, KOPEL, NETGRIT, PSHK,AMAR  Law Firm & Public Interest Law Office, FIK-Ornop,Themis Indonesia Law Firm, PUSaKO FH UNAND, Public Virtue Institute, change.org

 

 

CP:

Ibnu Syamsu +62 822-2868-2201
Airlangga Julio +62 813-8237-8198
Kurnia Ramadhana +62  812-6060-6792