• Post author:
  • Post category:Berita
  • Reading time:3 mins read

JAKARTA – Sebanyak 16 pasangan calon (Paslon) kepala daerah dan wakil kepala daerah melawan kotak kosong dalam Pilkada Serentak 2018. Fenomena itu terjadi ditenggarai lantaran di tahun 2019 akan menggelar pesta demokrasi yang lebih besar, yaitu Pilpres dan Pileg.

Sehingga, banyak partai politik ogah mencalonkan kadernya untuk berkompetisi dengan para petahana yang memiliki nilai elektabilitas tinggi.

Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi Anggraini membeberkan alasan parpol yang lebih mendukung petahana, ketimbang mencalonkan kadernya untuk bertarung di Pilkada. Sebab, mereka sudah mengetahui hasilnya, yaitu akan menelan kekalahan, sehingga partai lebih memilih untuk menyimpan dananya menyongsong Pemilu 2019 mendatang.

“Jadi lebih baik dananya disimpan untuk kepentingan pemilu 2019. Ini sangat mempramagtisme politik,” kata Titi saat dihubungi Okezone, Minggu (1/7/2018).

Selain itu, mereka lebih memilih membangun kompromi politik dengan petahana, lalu mendapatkan keuntungan elektoral berupa kompromi politik pasca terpilihnya, ketimbang menggunakan Pilkada sebagai agenda menguji kemampuan para kader dan struktur oragnisasi partai.

“Jadi sekali lagi pragmatisme itu digunakan ala pedagang, dari pada rugi mendingan untung. Padahal partai sebagai organisasi politik mestinya tidak bisa didekatkan dengan pola pragmatis seperti itu,” jelasnya.

Menurutnya, bila menganggap Pilkada kotak kosong merugikan keuangan negara, sesungguhnya beban itu tidak bisa disalahkan atau digantungkan kepada rakyat. Karena mereka harus difasilitasi untuk memilih pemimpinnya para kepala daerah. Tentu beban ini harus diberikan kepada parpol.

“Karena parpol membangun skenario untuk mendegradasikan suara rakyat di Pilkada dengan mengusung calon tunggal,” tegasnya.

16 daerah yang hanya punya satu Paslon calon bupati-calon wakil bupati/calon wali kota-calon wakil wali kota terdapat di Kabupaten Deli Serdang (Sumatra Utara), Kabupaten Padang Lawas Utara (Sumatra Utara), Kota Prabumulih (Sumatra Selatan), Kabupaten Pasuruan (Jawa Timur), Kabupaten Lebak (Banten), Kabupaten Tangerang (Banten) dan Kota Tangerang (Banten).

Lalu, paslon tunggal juga ada di Kabupaten Tapin (Kalimantan Selatan), Kabupaten Minahasa Tenggara (Sulawesi Utara), Kabupaten Bone (Sulawesi Selatan), Kabupaten Enrekang (Sulawesi Selatan), Kabupaten Mamasa (Sulawesi Barat), Kabupaten Memberamo Tengah (Papua), Kabupaten Puncak (Papua), Kabupaten Jayawijaya (Papua) dan Kota Makassar (Sulawesi Selatan).

Dari 16 daerah itu, ada satu daerah, yaitu Kota Makassar, di mana suara kotak kosong mampu menumbangkan pasangan tunggal Munafri Arifuddin-Andi Rachmatika Dewi (Appi-Cicu) kalah dari kotak kosong.

Berdasarkan perhitungan surat suara dari hitungan cepat di layar KPU. Pasangan tunggal meraih 47,50 persen suara, tertinggal dari kotak kosong yang meraih 52,50 persen suara. Namun, pasangan Appi-Cicu mengklaim kemenangan berdasarkan perhitungan data sementara versi tim sukses mereka.

Sumber: https://news.okezone.com/read/2018/07/01/337/1916216/fenomena-calon-tunggal-di-16-daerah-perludem-parpol-lebih-memilih-simpan-uang-untuk-pemilu-2019